Jumat, 24 Maret 2023

Kesehatan Mental Dalam Perspektif Islam

 Dr. (Can) Ebing Karmiza, S.Ud, M.Si

    


      PENDAHULUAN

Kehidupan modern dewasa ini telah tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah. Modernitas telah menyeret manusia pada kegersangan spiritual.

Ironisnya, masalah kejiwaan yang dihadapi individu sering mendapat reaksi negatif dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Secara singkat lahirnya stigma ditimbulkan oleh keterbatasan pemahaman masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih kuat berakar, sehingga gangguan jiwa sering kali dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karenanya, masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau terbuka dengan penjelasan-penjelasan yang lebih ilmiah (rasional dan obyektif) dan memilih untuk mengenyampingkan perawatan medis dan psikiatris terhadap gangguan jiwa. Pada masyarakat Barat modern atau masyarakat yang mengikuti peradaban Barat yang sekular, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikologi, dalam hal ini kesehatan mental. lalu bagaimana dalam pandangan Islam sendiri?

KAJIAN TEORITIS

Kesehatan mental sebagai salah satu cabang ilmu jiwa sudah dikenal sejak abad ke-19, seperti di Jerman tahun 1875 M, orang sudah mengenal kesehatan mental sebagai suatu ilmu walupun dalam bentuk sedarhana. Istilah “Kesehatan Jiwa(mental)” telah menjadi populer di kalangan orang-orang terpelajar, seperti istilah-istilah ilmu jiwa lainnya; misalnya kompleks jiwa, sakit saraf dan hysteria; banyak diantara mereka menggunakan kata-kata tersebut baik pada tempatnya atau tidak dalam pengertian yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah dan istilah-istilah tersebut. Apabila ditinjau dari etimologi, kata mental berasal dari kata latin mens atau mentis yang berarti roh, sukma, jiwa atau nyawa.

Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan jiwa/ mental yang bertujuan mencegah timbulnya gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa (neurose) dan gejala penyakit jiwa (psikose). Jadi menurut definisi ini, seseorang dikatakan bermental sehat bila orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya. Malas dan hilangnya kegairahan bekerja pada seseorang. Bila gejala ini meningkat maka akan menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenis, atau hysteria dan sebagainya. Adapun orang sakit jiwa biasanya memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan orang pada umumnya. Inilah yang kita kenal dengan orang gila.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan hidup yang beragam. Namun demikian, keberagaman itu dikelompokkan menjadi dua bagian yang mendasar. Pertama, kebutuhan untuk keberlangsungan hidup dan pelestarian jenis (spesies). Kedua, kebutuhan untuk mencapai ketenangan jiwa dan kebahagiaan hidup. Dua kebutuhan pokok inilah yang mendorong atau memotivasi manusia melakukan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.

Jika seseorang dihadapkan pada dua pengaruh motivasi yang masing-masing sama kekuatannya tetapi tujuan keduanya berlawanan, maka motivasi pertama akan menariknya ketujuan tertentu. Adapun motivasi yang lain menariknya ketujuan yang berlawanan dengan tujuan pertama. Hal ini menyebabkan perasaan bingung dalam diri seseorang karena tidak mampu memenuhi kebutuhan kedua motivasi tersebut secara bersamaan. Kondisi seperti ini membingungkan seseorang dalam menentukan pilihan di antara dua tujuan yang berbeda. Kondisi seperti ini diistilahkan sebagai konflik kejiwaan. Akibatnya orang akan mengalami depresi, stress dan gangguan mental lainnya. Apabila dibiarkan dan tak disadari oleh setiap individu sehingga menjadi parah gangguan mental dapat berujung pada langkah bunuh diri.

Al-Quran menggambarkan konflik kejiwaan ini pada orang munafik yang bimbang dan ragu dalam menentukan pilihan antara keimanan dan kekufuran, antara bergabung dengan kelompok islam dan kelompok kafir. Konflik kejiwaan yang sering dialami seseorang ditengarai oleh adanya tarik menarik antara motivasi. Antara kebutuhan organik, hawa nafsu, keinginan, dan ambisi duniawi yang harus dipenuhi di satu pihak serta motivasi agama (motivasi psikis) dan spritual dipihak lain. Motivasi agama cenderung mengontrol motivasi organik dan hasrat duniawi. Motivasi ini juga mendorong seseorang untuk menilai kecenderungan dan ambisinya dalam mengejar urusan profan. Penilaian ini didasari oleh pertimbangan untuk meraih kebahagiaan kekal dan abadi di akhirat

Merealisasikan keseimbangan antara raga dan jiwa merupakan syarat mutlak untuk menjadi pribadi normal yang dapat menikmati kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa yang dimaksud di sini ialah jiwa yang diistilahkan dalam Al-quran sebagai an-nafs mutmainah (jiwa yang tenang). Manusia yang normal adalah seorang yang memiliki an-nafs mutmainahtersebut. Jiwa ini menitik beratkan pada aspek kesehatan dan kekuatan badan, memenuhi kebutuhan dasar dengan cara yang halal, memenuhi kebutuhan spritual dengan berpegang teguh pada akidah tauhid, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan ibadah dan melakukan amalan soleh dan menjauhkan diri dari keburukan dan segala hal yang dapat menyebabkan Allah SWT murka. Manusia normal adalah seseorang yang menempuh jalan yang lurus dalam setiap tingkah lakunya, setiap perkataan dan perbuatannya sesuai dengan di jalan Allah SWT yang sepenuhnya tertuang dalam Al-quran yang diwejahwantahkan oleh Rasulullah SAW dalam sunnahnya.

Menurut pandangan Islam orang sehat mentalnya ialah orang yang berprilaku, pikiran, dan perasaannya mencerminkan dan sesuai dengan ajaran Islam. Ini berarti, orang yang sehat mentalnya ialah orang yang didalam dirinya terdapat keterpaduan antara perilaku, perasaan, pikiranya dan jiwa keberagamaannya. Dengan demikian, tampaknya sulit diciptakan kondisi kesehatan mental dangan tanpa agama. Bahkan dalam hal ini Malik B. Badri berdasarkan  pengamatanya berpendapat, keyakinan seseorang terhadap Islam sangat berperan dalam membebaskan jiwa dari gangguan dan penyakit kejiwaan. Disinilah peran penting Islam dalam membina kesehatan mental.

Pandangan islam terhadap kesehatan mental antara lain dapat dilihat dari peranan islam itu sendiri bagi kehidupan manusia, yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

  1. Agama islam memberikan tugas dan tujuan bagi kehidupan manusia di dunia dan  akhirat. 
  2. Ajaran islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan mengatasi kehidupan hidupnya, seperti dengan cara shalat dan sabar. 
  3. Ajaran islam membantu orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui penghayatan nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan yang diberikan Nabi Muhammad saw. 
  4. Agama islam memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir dengan melalui bimbingan wahyu (kitab  suci Al-Quran). 
  5. Ajaran islam beserta seluruh petunjuk yang ada di dalamnya merupakan obat (syifa) bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam diri manusia (rohani). 
  6. Ajaran islam memberikan tuntunan bagi manusia dalam mengadakan hubungan yang baik, baik hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang lain, maupun hubungan dengan alam dan lingkungan. 
  7. Agama islam berperan dalam mendorong orang untuk berbuat baik dan taat, serta mencegahnya dari perbuatan jahat dan maksiat. 

Manusia dalam melakukan hubungan dan interaksi dengan lingkungannya baik materiil maupun sosial, semua itu tidak keluar dari tindakan penyesuaian diri atau adjustment. Tetapi apabila seseorang tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri dikatakan  kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan

Dalam pandangan Islam, ada beberapa faktor yang dapat merusak kesehatan mental seseorang. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat merusak kesehatan mental dalam Islam:

  1. Dosa dan Maksiat Dosa dan maksiat dapat merusak kesehatan mental seseorang. Ketika seseorang melakukan dosa dan maksiat, hatinya akan dipenuhi oleh rasa bersalah dan penyesalan. Hal ini dapat menyebabkan seseorang merasa tidak tenang dan tidak bahagia.
  2. Dendam dan Kebencian Dendam dan kebencian dapat merusak kesehatan mental seseorang. Jika seseorang terus-menerus merasa dendam atau benci pada orang lain, hatinya akan dipenuhi oleh rasa marah dan kekesalan yang tidak sehat. Hal ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi.
  3. Ketergantungan pada Dunia dan Harta Benda Ketergantungan pada dunia dan harta benda dapat merusak kesehatan mental seseorang. Jika seseorang terlalu terpaku pada harta benda dan kesenangan dunia semata, ia akan cenderung lupa akan kepentingan spiritualnya. Hal ini dapat menyebabkan rasa hampa dan kekosongan dalam hati.
  4. Penolakan dan Diskriminasi Penolakan dan diskriminasi dapat merusak kesehatan mental seseorang. Jika seseorang sering merasa ditolak atau didiskriminasi oleh orang lain, ia akan merasa tidak dihargai dan tidak diterima oleh masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan rasa rendah diri, kecemasan, dan depresi.
  5. Stres dan Tekanan Stres dan tekanan yang berlebihan dapat merusak kesehatan mental seseorang. Jika seseorang terus-menerus mengalami stres dan tekanan, ia akan merasa terbebani dan tidak mampu menghadapi situasi yang sulit. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan tidur.

Dalam Islam, seseorang diharapkan untuk menghindari faktor-faktor tersebut yang dapat merusak kesehatan mental. Sebaliknya, seseorang diharapkan untuk mencari cara-cara untuk meningkatkan kesehatan mentalnya dengan mengikuti ajaran-ajaran agama, menjaga hubungan baik dengan orang lain, serta menjaga kesehatan fisik dan spiritualnya.

Kesehatan mental menurut Islam merupakan bagian integral dari keseluruhan kesehatan manusia. Dalam pandangan Islam, kesehatan mental meliputi aspek psikologis, sosial, spiritual, dan fisik. Islam sangat memperhatikan kesehatan mental individu dan menyarankan agar seseorang memperhatikan dan menjaga kesehatan mental mereka.

Berikut adalah beberapa pandangan Islam tentang terapi kesehatan mental:

  1. Tawakal dan Istiqomah Dalam Islam, tawakal atau kepercayaan pada Allah SWT merupakan kunci penting dalam menjaga kesehatan mental. Seorang muslim diharapkan dapat berserah diri kepada Allah SWT dalam menghadapi berbagai situasi, baik senang maupun susah. Selain itu, istiqomah atau konsisten dalam melakukan amalan-amalan kebaikan juga dapat membantu menjaga kesehatan mental.
  2. Berdoa dan Berzikir Berdoa dan berzikir juga menjadi hal yang penting dalam menjaga kesehatan mental dalam Islam. Dalam Islam, berdoa dan berzikir dapat membantu seseorang untuk menghilangkan rasa takut, kekhawatiran, dan ketegangan. Selain itu, berdoa dan berzikir juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi stres.
  3. Menjaga Kesehatan Fisik Menjaga kesehatan fisik juga menjadi hal yang penting dalam menjaga kesehatan mental dalam Islam. Kesehatan fisik yang baik dapat membantu menjaga kesehatan mental seseorang. Menjaga kesehatan fisik dapat dilakukan dengan olahraga teratur, pola makan yang sehat dan cukup istirahat.
  4. Menghindari Hal-Hal yang Merugikan Kesehatan Mental Islam mengajarkan untuk menjauhi hal-hal yang dapat merugikan kesehatan mental seperti alkohol, narkoba, dan perilaku yang tidak sehat. Hal-hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan merusak keseimbangan emosional.
  5. Memperhatikan Hubungan Sosial Hubungan sosial juga memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan mental dalam perspektif Islam. Memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain dapat membantu seseorang merasa lebih bahagia dan terpenuhi. Selain itu, menjaga hubungan sosial yang positif juga dapat membantu mengurangi stres.
  6. Tawakal dan Berserah Diri Kepada Allah SWT Dalam Islam, tawakal atau kepercayaan pada Allah SWT merupakan kunci penting dalam menjaga kesehatan mental. Seorang muslim diharapkan dapat berserah diri kepada Allah SWT dalam menghadapi berbagai situasi, baik senang maupun susah. Menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT juga dapat membantu mengurangi stres dan kekhawatiran.

 KESIMPULAN

    Dalam mengatasi kesehatan mental yang melanda manusia modern saat ini, Islam memberikan berbagai solusi dari sisi keagamaan dan ilmu pengetahuan. Keimanan merupakan pangkal pokok dari semua timbulnya segala penyakit mental, karena dengan keimanan yang baik seseorang dapat megaplikasikan nilai-nilai keimanannya untuk diri sendiri, orang lain dan alam semesta, sehingga terciptalah manusia yang berorientasi kepada kebaikan bersama, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat