Dr. (Can) Ebing Karmiza, S.Ud, M.Si
PENDAHULUAN
Kehidupan modern dewasa ini telah
tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi modernisme telah
berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan
yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah. Modernitas
telah menyeret manusia pada kegersangan spiritual.
Ironisnya, masalah kejiwaan yang
dihadapi individu sering mendapat reaksi negatif dari orang-orang yang berada
di sekitarnya. Secara singkat lahirnya stigma ditimbulkan oleh keterbatasan
pemahaman masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di samping karena
nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih kuat berakar, sehingga gangguan jiwa
sering kali dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh
karenanya, masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau terbuka dengan
penjelasan-penjelasan yang lebih ilmiah (rasional dan obyektif) dan memilih
untuk mengenyampingkan perawatan medis dan psikiatris terhadap gangguan jiwa. Pada masyarakat Barat modern atau
masyarakat yang mengikuti peradaban Barat yang sekular, solusi yang ditawarkan
untuk mengatasi problem kejiwaan itu dilakukan dengan menggunakan pendekatan
psikologi, dalam hal ini kesehatan mental. lalu bagaimana dalam pandangan Islam
sendiri?
KAJIAN TEORITIS
Kesehatan mental sebagai salah satu
cabang ilmu jiwa sudah dikenal sejak abad ke-19, seperti di Jerman tahun 1875
M, orang sudah mengenal kesehatan mental sebagai suatu ilmu walupun dalam
bentuk sedarhana. Istilah “Kesehatan Jiwa(mental)” telah menjadi populer
di kalangan orang-orang terpelajar, seperti istilah-istilah ilmu jiwa lainnya;
misalnya kompleks jiwa, sakit saraf dan hysteria; banyak diantara mereka
menggunakan kata-kata tersebut baik pada tempatnya atau tidak dalam pengertian
yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah dan istilah-istilah
tersebut. Apabila ditinjau dari etimologi, kata mental berasal dari kata
latin mens atau mentis yang berarti roh,
sukma, jiwa atau nyawa.
Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang
mempelajari masalah kesehatan jiwa/ mental yang bertujuan mencegah timbulnya
gangguan atau penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau
menyembuhkan penyakit mental serta memajukan kesehatan jiwa rakyat. Kesehatan
mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala jiwa (neurose) dan
gejala penyakit jiwa (psikose). Jadi menurut definisi ini, seseorang
dikatakan bermental sehat bila orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit
jiwa yaitu adanya perasaan cemas tanpa diketahui sebabnya. Malas dan hilangnya
kegairahan bekerja pada seseorang. Bila gejala ini meningkat maka akan
menyebabkan penyakit anxiety, neurasthenis, atau hysteria dan
sebagainya. Adapun orang sakit jiwa biasanya memiliki pandangan yang berbeda
dengan pandangan orang pada umumnya. Inilah yang kita kenal dengan orang gila.
Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan hidup yang
beragam. Namun demikian, keberagaman itu dikelompokkan menjadi dua bagian yang
mendasar. Pertama, kebutuhan untuk keberlangsungan hidup dan pelestarian jenis
(spesies). Kedua, kebutuhan untuk mencapai ketenangan jiwa dan kebahagiaan
hidup. Dua kebutuhan pokok inilah yang mendorong atau memotivasi manusia
melakukan aktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut.
Jika seseorang dihadapkan pada dua pengaruh motivasi yang
masing-masing sama kekuatannya tetapi tujuan keduanya berlawanan, maka motivasi
pertama akan menariknya ketujuan tertentu. Adapun motivasi yang lain menariknya
ketujuan yang berlawanan dengan tujuan pertama. Hal ini menyebabkan perasaan
bingung dalam diri seseorang karena tidak mampu memenuhi kebutuhan kedua
motivasi tersebut secara bersamaan. Kondisi seperti ini membingungkan seseorang
dalam menentukan pilihan di antara dua tujuan yang berbeda. Kondisi seperti ini
diistilahkan sebagai konflik kejiwaan. Akibatnya orang akan mengalami depresi,
stress dan gangguan mental lainnya. Apabila dibiarkan dan tak disadari oleh setiap
individu sehingga menjadi parah gangguan mental dapat berujung pada langkah
bunuh diri.
Al-Quran menggambarkan konflik
kejiwaan ini pada orang munafik yang bimbang dan ragu dalam menentukan pilihan
antara keimanan dan kekufuran, antara bergabung dengan kelompok islam dan
kelompok kafir. Konflik kejiwaan yang
sering dialami seseorang ditengarai oleh adanya tarik menarik antara motivasi.
Antara kebutuhan organik, hawa nafsu, keinginan, dan ambisi duniawi yang harus
dipenuhi di satu pihak serta motivasi agama (motivasi psikis) dan spritual
dipihak lain. Motivasi agama cenderung mengontrol motivasi organik dan hasrat
duniawi. Motivasi ini juga mendorong seseorang untuk menilai kecenderungan dan
ambisinya dalam mengejar urusan profan. Penilaian ini didasari oleh
pertimbangan untuk meraih kebahagiaan kekal dan abadi di akhirat
Merealisasikan keseimbangan antara raga dan jiwa merupakan
syarat mutlak untuk menjadi pribadi normal yang dapat menikmati kesehatan jiwa.
Kesehatan jiwa yang dimaksud di sini ialah jiwa yang diistilahkan dalam
Al-quran sebagai an-nafs mutmainah (jiwa yang tenang). Manusia
yang normal adalah seorang yang memiliki an-nafs mutmainahtersebut.
Jiwa ini menitik beratkan pada aspek kesehatan dan kekuatan badan, memenuhi
kebutuhan dasar dengan cara yang halal, memenuhi kebutuhan spritual dengan
berpegang teguh pada akidah tauhid, mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan
menjalankan ibadah dan melakukan amalan soleh dan menjauhkan diri dari
keburukan dan segala hal yang dapat menyebabkan Allah SWT murka. Manusia normal
adalah seseorang yang menempuh jalan yang lurus dalam setiap tingkah lakunya,
setiap perkataan dan perbuatannya sesuai dengan di jalan Allah SWT yang
sepenuhnya tertuang dalam Al-quran yang diwejahwantahkan oleh Rasulullah SAW
dalam sunnahnya.
Menurut pandangan Islam orang sehat
mentalnya ialah orang yang berprilaku, pikiran, dan perasaannya mencerminkan
dan sesuai dengan ajaran Islam. Ini berarti, orang yang sehat mentalnya ialah
orang yang didalam dirinya terdapat keterpaduan antara perilaku, perasaan,
pikiranya dan jiwa keberagamaannya. Dengan demikian, tampaknya sulit diciptakan
kondisi kesehatan mental dangan tanpa agama. Bahkan dalam hal ini Malik B.
Badri berdasarkan pengamatanya berpendapat, keyakinan seseorang
terhadap Islam sangat berperan dalam membebaskan jiwa dari gangguan dan
penyakit kejiwaan. Disinilah peran penting Islam dalam membina kesehatan
mental.
Pandangan islam terhadap kesehatan
mental antara lain dapat dilihat dari peranan islam itu sendiri bagi kehidupan
manusia, yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
- Agama islam
memberikan tugas dan tujuan bagi kehidupan manusia di dunia
dan akhirat.
- Ajaran islam
memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan dan
mengatasi kehidupan hidupnya, seperti dengan cara shalat dan sabar.
- Ajaran islam
membantu orang dalam menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui
penghayatan nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan yang diberikan Nabi
Muhammad saw.
- Agama islam
memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir dengan melalui
bimbingan wahyu (kitab suci Al-Quran).
- Ajaran islam
beserta seluruh petunjuk yang ada di dalamnya merupakan obat (syifa)
bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam diri
manusia (rohani).
- Ajaran islam
memberikan tuntunan bagi manusia dalam mengadakan hubungan yang baik, baik
hubungan dengan diri sendiri, hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang
lain, maupun hubungan dengan alam dan lingkungan.
- Agama islam
berperan dalam mendorong orang untuk berbuat baik dan taat, serta
mencegahnya dari perbuatan jahat dan maksiat.
Manusia dalam melakukan hubungan dan
interaksi dengan lingkungannya baik materiil maupun sosial, semua itu tidak
keluar dari tindakan penyesuaian diri atau adjustment. Tetapi apabila seseorang
tersebut tidak dapat atau tidak bisa menyesuaikan diri dikatakan
kesehatan mentalnya terganggu atau diragukan
Dalam pandangan Islam, ada beberapa faktor yang dapat
merusak kesehatan mental seseorang. Berikut ini adalah beberapa faktor yang
dapat merusak kesehatan mental dalam Islam:
- Dosa dan Maksiat Dosa dan maksiat dapat merusak kesehatan mental
seseorang. Ketika seseorang melakukan dosa dan maksiat, hatinya akan
dipenuhi oleh rasa bersalah dan penyesalan. Hal ini dapat menyebabkan
seseorang merasa tidak tenang dan tidak bahagia.
- Dendam dan Kebencian Dendam dan kebencian dapat merusak kesehatan
mental seseorang. Jika seseorang terus-menerus merasa dendam atau benci
pada orang lain, hatinya akan dipenuhi oleh rasa marah dan kekesalan yang
tidak sehat. Hal ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan depresi.
- Ketergantungan pada Dunia dan Harta Benda Ketergantungan pada dunia
dan harta benda dapat merusak kesehatan mental seseorang. Jika seseorang terlalu
terpaku pada harta benda dan kesenangan dunia semata, ia akan cenderung
lupa akan kepentingan spiritualnya. Hal ini dapat menyebabkan rasa hampa
dan kekosongan dalam hati.
- Penolakan dan Diskriminasi Penolakan dan diskriminasi dapat merusak
kesehatan mental seseorang. Jika seseorang sering merasa ditolak atau
didiskriminasi oleh orang lain, ia akan merasa tidak dihargai dan tidak
diterima oleh masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan rasa rendah
diri, kecemasan, dan depresi.
- Stres dan Tekanan Stres dan tekanan yang berlebihan dapat merusak
kesehatan mental seseorang. Jika seseorang terus-menerus mengalami stres
dan tekanan, ia akan merasa terbebani dan tidak mampu menghadapi situasi
yang sulit. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan gangguan
tidur.
Dalam Islam, seseorang diharapkan untuk menghindari
faktor-faktor tersebut yang dapat merusak kesehatan mental. Sebaliknya,
seseorang diharapkan untuk mencari cara-cara untuk meningkatkan kesehatan
mentalnya dengan mengikuti ajaran-ajaran agama, menjaga hubungan baik dengan
orang lain, serta menjaga kesehatan fisik dan spiritualnya.
Kesehatan mental menurut Islam merupakan bagian integral
dari keseluruhan kesehatan manusia. Dalam pandangan Islam, kesehatan mental
meliputi aspek psikologis, sosial, spiritual, dan fisik. Islam sangat
memperhatikan kesehatan mental individu dan menyarankan agar seseorang
memperhatikan dan menjaga kesehatan mental mereka.
Berikut adalah beberapa pandangan Islam tentang terapi
kesehatan mental:
- Tawakal dan Istiqomah Dalam Islam, tawakal atau kepercayaan pada
Allah SWT merupakan kunci penting dalam menjaga kesehatan mental. Seorang
muslim diharapkan dapat berserah diri kepada Allah SWT dalam menghadapi
berbagai situasi, baik senang maupun susah. Selain itu, istiqomah atau konsisten
dalam melakukan amalan-amalan kebaikan juga dapat membantu menjaga
kesehatan mental.
- Berdoa dan Berzikir Berdoa dan berzikir juga menjadi hal yang
penting dalam menjaga kesehatan mental dalam Islam. Dalam Islam, berdoa
dan berzikir dapat membantu seseorang untuk menghilangkan rasa takut,
kekhawatiran, dan ketegangan. Selain itu, berdoa dan berzikir juga dapat
meningkatkan kepercayaan diri dan mengurangi stres.
- Menjaga Kesehatan Fisik Menjaga kesehatan fisik juga menjadi hal
yang penting dalam menjaga kesehatan mental dalam Islam. Kesehatan fisik
yang baik dapat membantu menjaga kesehatan mental seseorang. Menjaga
kesehatan fisik dapat dilakukan dengan olahraga teratur, pola makan yang
sehat dan cukup istirahat.
- Menghindari Hal-Hal yang Merugikan Kesehatan Mental Islam
mengajarkan untuk menjauhi hal-hal yang dapat merugikan kesehatan mental
seperti alkohol, narkoba, dan perilaku yang tidak sehat. Hal-hal ini dapat
mempengaruhi kesehatan mental seseorang dan merusak keseimbangan
emosional.
- Memperhatikan Hubungan Sosial Hubungan sosial juga memainkan peran
penting dalam menjaga kesehatan mental dalam perspektif Islam. Memiliki
hubungan yang sehat dengan orang lain dapat membantu seseorang merasa
lebih bahagia dan terpenuhi. Selain itu, menjaga hubungan sosial yang
positif juga dapat membantu mengurangi stres.
- Tawakal dan Berserah Diri Kepada Allah SWT Dalam Islam, tawakal atau
kepercayaan pada Allah SWT merupakan kunci penting dalam menjaga kesehatan
mental. Seorang muslim diharapkan dapat berserah diri kepada Allah SWT
dalam menghadapi berbagai situasi, baik senang maupun susah. Menyerahkan
segala urusan kepada Allah SWT juga dapat membantu mengurangi stres dan
kekhawatiran.
KESIMPULAN
Dalam mengatasi kesehatan mental yang melanda manusia modern saat ini, Islam memberikan
berbagai solusi dari sisi keagamaan dan ilmu pengetahuan. Keimanan merupakan
pangkal pokok dari semua timbulnya segala penyakit mental, karena dengan
keimanan yang baik seseorang dapat megaplikasikan nilai-nilai keimanannya untuk
diri sendiri, orang lain dan alam semesta, sehingga terciptalah manusia yang
berorientasi kepada kebaikan bersama, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang
bermakna dan bahagia di dunia dan bahagia di akhirat