Ebing Karmiza
Adi Firansyah
Banyuasin II merupakan salah satu
kecamatan di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Indonesia. Kota Sungsang
adalah ibu kota dari Kecamatan Banyuasin II dan merupakan sebuah kota pesisir
yang sedang berkembang pesat. Kecamatan Banyuasin II sering lebih dikenal
dengan nama Sungsang. Lokasinya berada di wilayah paling ujung Sumatera
Selatan, dan Kota Sungsang juga dekat dengan perbatasan provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
Meskipun baru berusia sekitar 20 tahun,
Kabupaten Banyuasin telah memiliki banyak keanekaragaman dalam bidang
pariwisata dan tradisi. Sungsang terkenal sebagai daerah perairan yang kaya
akan keanekaragaman alam, di mana pengunjung dapat melihat burung migran dan
lumba-lumba. Pengunjung disarankan menggunakan speedboat untuk menjelajahi
daerah ini, dan akan disambut oleh lumba-lumba dan burung migran asal Siberia.
Kehadiran burung migran hanya terjadi sekali dalam setahun, antara bulan
Oktober hingga Desember, atau saat air surut di mana burung migran dapat
mencari makan di lumpur.
Banyak wisatawan dari dalam dan luar
negeri telah mengunjungi Sungsang. Akses ke Sungsang dapat dilakukan melalui
darat atau laut. Untuk akses laut, dapat melalui Sungai Musi di bawah Jembatan
Ampera menggunakan speedboat. Sedangkan akses darat memiliki jarak 93 km dari
Kota Palembang, dengan waktu perjalanan sekitar 2-3 jam. Selama perjalanan, kita
akan melihat banyak pohon kelapa yang diekspor ke beberapa negara, termasuk
Thailand.
Sungsang merupakan dusun tertua di pesisir
timur Banyuasin, wilayah administratif yang disebut Banyuasin II, terdiri dari
17 desa, dengan daerah Sungsang sebagai Ibu Kota Kecamatan Banyuasin II. Luas
daerah Sungsang adalah 3.632 kilometer persegi, lebih dari lima kali luas dari
negara Singapura. Sementara 16 desa lainnya memiliki beragam suku seperti Jawa,
Sunda, Bugis, dan lain-lain.
Keunggulan daerah Sungsang terletak pada
melimpahnya hasil laut serta keindahan pemandangan, terutama burung migran dari
Siberia yang hanya datang sekali dalam setahun, yaitu pada bulan Oktober hingga
Desember saat air laut surut. Kedatangan burung ini sangat dinanti-nantikan
oleh masyarakat setempat maupun wisatawan yang berkunjung.
Di daerah Sungsang, terdapat beragam jenis
ikan laut, kepiting rawa, berbagai macam udang, serta berbagai jenis terasi.
Bahkan, anak-anak hiu juga dijual di sini. Para warga menjual dan menawarkan
berbagai produk tersebut kepada pengunjung yang berkunjung ke daerah ini.
Selain itu, terdapat makanan khas seperti kerupuk dan kemplang udang yang
dijual seharga Rp50.000/kg-60.000/ kg, serta makanan khas Sumatera Selatan
lainnya seperti pempek udang, tekwan udang, dan lain-lain, yang dijual oleh
para nelayan di Sungsang. Hal ini menjadikan banyak orang tertarik untuk
mengunjungi daerah ini. Selain itu juga ada jenis ikan asin dengan berbagai
macam jenis Ikan, seperi ikan asin pari dan ikan lainnya.
Selain sebagai nelayan, warga Sungsang
juga bekerja sebagai pengepul daun nipah, pedagang, dan buruh. Namun, yang
paling menarik menurut penulis adalah adanya pasar di tengah laut. Ketika ingin
berbelanja, pengunjung harus menaiki perahu terlebih dahulu untuk mencapai
pasar tersebut. Hal ini menambah daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang
berkunjung ke Sungsang.
Menurut salah satu nelayan, hasil laut di
daerah Sungsang seringkali tidak maksimal karena dipengaruhi oleh kondisi angin
dan gelombang laut. Selain itu, kendala lainnya adalah tidak semua nelayan
memiliki kapal besar yang memungkinkan mereka untuk melaut lebih jauh dan lebih
lama di tengah laut. Sebagian nelayan hanya menggunakan perahu kecil, sehingga
hasil tangkapannya pun tidak optimal. Dalam satu minggu, mereka hanya mampu
menghasilkan sekitar 500.000-600.000 rupiah. Namun, hasilnya berbeda bagi
nelayan yang memiliki kapal besar. Mereka dapat menghasilkan uang puluhan juta
rupiah dalam sekali melaut, dan mereka bisa melaut selama dua minggu hingga
satu bulan penuh. Ini menunjukkan bahwa kapal besar memberikan keuntungan yang
lebih besar dalam hal hasil tangkapan dan pendapatan bagi nelayan di daerah
Sungsang.
Daerah Sungsang di Banyuasin memiliki
potensi besar sebagai wilayah penghasil perikanan. Namun, agar potensi ini
dapat dioptimalkan, diperlukan dukungan yang kuat dari pemerintah. Berikut
adalah hasil analisis mengenai pentingnya dukungan pemerintah bagi Sungsang:
1. Dukungan
Modal dan Kapal Lebih Besar.
Pemerintah perlu
memberikan bantuan modal dan kapal yang lebih besar kepada nelayan di Sungsang.
Kapal yang lebih besar akan memungkinkan nelayan untuk melaut lebih jauh dan
lebih lama, sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan mereka. Hal ini akan
membantu meningkatkan pendapatan nelayan dan mendorong pertumbuhan ekonomi di
daerah tersebut.
2. Diversifikasi
Produk Perikanan.
Pemerintah harus membantu
dalam pengembangan hasil laut di Sungsang agar tidak hanya bergantung pada
produk seperti kelempang udang, ikan asin, atau ikan giling. Diversifikasi
produk perikanan akan membuka peluang bisnis baru dan meningkatkan nilai tambah
bagi hasil laut. Ini bisa termasuk pengembangan produk olahan, seperti makanan
siap saji, produk olahan laut, atau produk mewah seperti seafood eksklusif
untuk pasar ekspor.
3. Inovasi
Produk dan Peluang Bisnis.
Pemerintah juga harus mendorong
inovasi produk perikanan yang lebih menjanjikan dan berkelanjutan bagi warga
Sungsang. Ini dapat dilakukan melalui dukungan riset dan pengembangan,
pelatihan tentang teknik pengolahan dan pemasaran produk, serta fasilitasi
akses ke pasar yang lebih luas baik di dalam negeri maupun internasional.
Sebagai contoh, produk perikanan berbasis inovasi seperti makanan laut organik,
makanan laut olahan dengan nilai tambah tinggi, atau produk laut yang dikemas
secara unik dapat menjadi peluang bisnis yang menarik bagi warga Sungsang.
Dengan dukungan yang tepat dari
pemerintah, Sungsang memiliki potensi besar untuk menjadi pusat perikanan yang
berkembang dan berkelanjutan, serta memberikan manfaat ekonomi yang signifikan
bagi masyarakat lokal dan daerah sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar