Selasa, 22 Oktober 2024

Perempuan Dalam Perspektif Psikologi dan Sosilogi: Karakter Individu, Keluarga dan Pergaulan

 Dr. Ebing Karmiza, A.Ma, S.Ud, M.Si


Perempuan memiliki peran krusial dalamks sosial, ekonomi, dan budaya di berbagai belahan dunia. Mereka bukan hanya menjadi anggota keluarga, tetapi juga berkontribusi signifikan dalam komunitas dan masyarakat secara keseluruhan. Melalui pendekatan psikologi dan sosiologi, kita dapat lebih memahami karakter individu perempuan dan bagaimana pergaulan mereka terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Artikel ini akan membahas beberapa elemen penting yang berkontribusi pada pembentukan karakter perempuan dan dinamika pergaulan sosial mereka, serta tantangan dan peluang yang dihadapi perempuan dalam konteks modern. 



I. Landasan Teoretis

A. Teori Psikologi

  1. Teori Perkembangan Psikologis
    Teori perkembangan psikologis dari Erik Erikson mengurekan bahwa individu melalui delapan tahapan perkembangan, setiap tahap memiliki krisis yang harus dihadapi. Perempuan mungkin mengalami krisis dalam hal identitas dan peran, terutama dalam konteks hubungan interpersonal yang untuk perempuan cenderung lebih emosional (Erikson, 1968).

  2. Perbedaan Kepribadian
    Penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan dalam karakteristik kepribadian antara gender. Menurut Costa dan McCrae, perempuan lebih cenderung memiliki skor tinggi pada keterbukaan dan empati, yang memengaruhi cara mereka berinteraksi dan membangun relasi sosial (Costa & McCrae, 1992).

  3. Persepsi Diri dan Body Image
    Dalam psikologi, pentingnya persepsi diri dan citra tubuh sangat mempengaruhi kesehatan mental perempuan. Penelitian oleh Tiggemann dan Slater (2013) menunjukkan bahwa perempuan yang terpapar pada standar kecantikan media cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap tubuh mereka, memengaruhi karakter dan cara mereka berinteraksi.

B. Teori Sosiologi

  1. Teori Sosialisasi
    Proses sosialisasi gender dimulai sejak dini. Tradisi dan norma yang terdapat dalam masyarakat mendikte bagaimana perempuan diperlakukan dan bagaimana mereka harus berperilaku, yang berdampak pada pembentukan karakter (Kimmel, 2018).

  2. Teori Interaksionisme Simbolik
    Teori interaksionisme simbolik menjelaskan bagaimana makna diciptakan melalui interaksi sosial. Dalam konteks ini, perempuan sering kali bernegosiasi dengan identitas mereka sesuai dengan harapan sosial yang ada di sekeliling mereka (Blumer, 1969).

  3. Teori Feminisme
    Teori feminisme menawarkan perspektif kritis terhadap bagaimana struktur sosial dan kekuasaan mempengaruhi perempuan. Feminisme memperjuangkan kesetaraan gender dan pengakuan terhadap pengalaman serta kebutuhan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan (Tong, 2009).

II. Karakter Individu Perempuan

A. Pembentukan Karakter

  1. Faktor Keluarga
    Keluarga adalah unit sosial pertama yang berpengaruh dalam pembentukan karakter perempuan. Pola asuh yang diterima perempuan di rumah, seperti dukungan atau pengabaian, berkontribusi pada bagaimana mereka melihat diri mereka sendiri dan dunia (Baumrind, 1966).

  2. Pengaruh Teman Sebaya
    Dalam masa remaja, pengaruh teman sebaya semakin kuat. Interaksi dengan teman-teman dapat menguatkan atau meruntuhkan rasa percaya diri dan memperkuat atau melemahkan karakter perempuan (Brown & Larson, 2009).

  3. Peran Pendidikan
    Pendidikan berperan penting dalam pengembangan karakter. Melalui pendidikan yang setara, perempuan dapat mengembangkan kepribadian yang kuat, percaya diri, dan mandiri (World Bank, 2018).

B. Tantangan dalam Pembentukan Karakter

  1. Pengharapan dan Stereotip Gender
    Stereotip yang melekat pada perempuan dapat membatasi mereka dalam mengembangkan potensi penuh mereka. Harapan bahwa perempuan harus berperilaku dengan cara tertentu dapat membentuk karakter yang tidak otentik (Eagly & Wood, 1999).

  2. Kekerasan Berbasis Gender
    Kekerasan terhadap perempuan, baik secara fisik maupun psikologis, dapat merusak karakter dan kepercayaan diri mereka. Penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan lebih cenderung menghadapi kesulitan dalam bergaul dan membangun hubungan yang sehat (WHO, 2021).

  3. Media dan Representasi
    Representasi negatif perempuan dalam media juga dapat memengaruhi cara perempuan melihat diri mereka dan bagaimana mereka seharusnya berperilaku. Paparan berlebihan terhadap citra tertentu dapat merusak kesehatan mental perempuan (Levine & Murnen, 2009).

III. Pergaulan Sosial Perempuan

A. Dinamika Pergaulan

  1. Pergaulan di Tempat Kerja
    Di dunia kerja, perempuan sering kali berhadapan dengan tantangan diskriminasi dan bias gender. Meski semakin banyak perempuan yang terlibat dalam berbagai sektor pekerjaan, mereka masih harus berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan hak-hak yang setara (Catalyst, 2019).

  2. Pergaulan dalam Lingkungan Sosial
    Dukungan sosial di antara perempuan bisa sangat membantu terutama dalam situasi sulit. Komunitas perempuan sering kali menjadi tempat untuk berbagi pengalaman dan membangun jaringan dukungan (Putnam, 2000).

  3. Media Sosial sebagai Ruang Pergaulan
    Media sosial telah mengubah cara perempuan berinteraksi. Di satu sisi, media sosial memberikan ruang untuk mengekspresikan diri, di sisi lain juga bisa menimbulkan tekanan untuk memenuhi ekspektasi sosial (Fardouly et al., 2015).

B. Tantangan dalam Pergaulan

  1. Persaingan dan Rivalitas
    Dalam beberapa konteks, perempuan dapat merasakan persaingan yang ketat satu sama lain, yang justru dapat menciptakan ketidakstabilan dalam hubungan (Fox & Tokunaga, 2015).

  2. Keterbatasan Akses
    Dalam banyak kasus, perempuan dihadapkan pada keterbatasan akses pendidikan, pekerjaan, dan sumber daya lainnya yang dapat mempengaruhi pergaulan dan interaksi sosial mereka (UNESCO, 2020).

  3. Stigma Medis dan Mental
    Masalah kesehatan mental sering kali distigma, terutama bagi perempuan. Stigma ini bisa menghalangi perempuan untuk mencari dukungan ketika mereka menghadapi masalah yang mempengaruhi pergaulan mereka (Corrigan et al., 2012).

IV. Perubahan Sosial dan Peran Perempuan

A. Feminisme dan Kesetaraan Gender

  1. Gerakan Feminisme
    Gerakan feminisme telah membawa perhatian global terhadap isu-isu kesetaraan gender, membantu perempuan untuk mendapatkan suara dan hak yang setara (Tong, 2009).

  2. Peran dalam Kebijakan Publik
    Perempuan semakin terlibat dalam pembuatan kebijakan publik, dan hal ini penting untuk memastikan bahwa perspektif dan pengalaman perempuan diakui (UN Women, 2021).

  3. Pendidikan dan Pemberdayaan
    Pemberdayaan perempuan melalui pendidikan dan pelatihan telah menjadi fokus utama banyak organisasi untuk mencapai kesetaraan gender yang lebih baik (Malala Fund, 2019).

B. Harapan Masa Depan

  1. Masyarakat yang Inklusif
    Dengan meningkatnya kesadaran tentang isu gender, diharapkan bahwa masyarakat akan lebih inklusif dan mendukung perkembangan perempuan (Munyua, 2018).

  2. Teknologi dan Kesetaraan Akses
    Perkembangan teknologi informasi memberikan kesempatan bagi perempuan untuk mengakses informasi, pendidikan, dan peluang kerja yang lebih baik (World Economic Forum, 2020).

  3. Perubahan Nilai Sosial
    Perubahan dalam nilai-nilai sosial yang mendukung kesetaraan dapat membantu mengurangi stigma dan stereotip yang dihadapi perempuan dalam kehidupan sehari-hari (Ridgeway, 2011).

Kesimpulan

Pemahaman tentang perempuan dalam perspektif psikologi dan sosiologi memberikan wawasan yang lebih komprehensif mengenai karakter individu perempuan dan bagaimana pergaulan mereka dibentuk. Dengan mengenali tantangan dan peluang yang dihadapi perempuan dalam konteks sosial saat ini, kita dapat berkontribusi lebih baik terhadap pembentukan masyarakat yang adil dan setara. Pemberdayaan perempuan serta kesetaraan gender adalah kunci untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Daftar Pustaka

  1. Baumrind, D. (1966). Effects of Authoritative Parental Control on Child Behavior. Child Development, 37(2), 887-907.
  2. Blumer, H. (1969). Symbolic Interactionism: Perspective and Method. Berkeley: University of California Press.
  3. Brown, B. B., & Larson, J. (2009). Peer Relationships in Adolescence. In Handbook of Adolescent Psychology (pp. 74-103). Wiley.
  4. Catalyst. (2019). Women in Leadership. Retrieved from https://www.catalyst.org/research/women-in-leadership/
  5. Corrigan, P. W., Druss, B. G., & Perlick, D. A. (2012). The Impact of Mental Illness Stigma on Seeking and Participating in Mental Health Care. Psychological Science in the Public Interest, 15(2), 37-70.
  6. Costa, P. T., & McCrae, R. R. (1992). Revised NEO Personality Inventory (NEO-PI-R) and NEO Five-Factor Inventory (NEO-FFI) professional manual. Psychological Assessment Resources.
  7. Eagly, A. H., & Wood, W. (1999). The Origins of Sex Differences in Human Behavior: Evolved Dispositions versus Social Roles. American Psychologist, 54(6), 408-423.
  8. Erikson, E. H. (1968). Identity: Youth and crisis. Oxford University Press.
  9. Fardouly, J., Diedrichs, P. C., Vartanian, L. R., & Halliwell, E. (2015). Social Comparisons on Social Media: The Impact of Facebook on Body Image. Body Image, 13, 38-45.
  10. Fox, J., & Tokunaga, R. S. (2015). Female Competition in Social Media: The Effects of Social Comparison and Peer Feedback on Body Image. The Journal of Social Media in Society, 4(1), 274-291.
  11. Kimmel, M. (2018). Manhood in America: A cultural history. Oxford University Press.
  12. Levine, M. P., & Murnen, S. K. (2009). “Everybody Knows That Mass Media Are/Are Not [Pick One] a Cause of Eating Disorders”: A Critical Review of the Evidence for a Causal Link Between Media, Negative Body Image, and Disordered Eating in Females. Journal of Social and Clinical Psychology, 28(1), 9-42.
  13. Malala Fund. (2019). Advocating for Girls’ Education: Global Goals. Retrieved from https://malala.org
  14. Munyua, M. R. (2018). Gender and Development in Eastern Africa: Challenges and Opportunities. The African Review, 45(1), 43-69.
  15. Pew Research Center. (2020). The Next Generation of Women Leaders. Retrieved from https://www.pewresearch.org.
  16. Putnam, R. D. (2000). Bowling Alone: The Collapse and Revival of American Community. Simon & Schuster.
  17. Ridgeway, C. L. (2011). Framed by Gender: How Gender Inequality Persists in the Modern World. Oxford University Press.
  18. Taylor, S. E., Klein, L. C., & Lewis, B. P. (2000). Biopsychosocial Approaches to Coping: Theory and Research. Psychological Bulletin, 126(1), 63-90.
  19. Tiggemann, M., & Slater, A. (2013). NetGirls: The Internet, Facebook, and body image concern in adolescent girls. International Journal of Eating Disorders, 46(6), 630-633.
  20. Tong, R. (2009). Feminist Thought: A More Comprehensive Introduction. Westview Press.
  21. UNESCO. (2020). Education and Gender Equality. Retrieved from https://www.unesco.org
  22. UN Women. (2021). Women in Public Life. Retrieved from https://www.unwomen.org
  23. World Bank. (2018). World Development Report 2018: Learning to Realize Education’s Promise. Retrieved from https://www.worldbank.org
  24. World Economic Forum. (2020). The Global Gender Gap Report 2020. Retrieved from https://www.weforum.org/reports/gender-gap-2020-report-100-years-pay-equality

Tidak ada komentar:

Posting Komentar