
Di Indonesia, praktik perdukunan memiliki akar kuat dalam sejarah bangsa, bahkan dukun dan politik merupakan gejala sosial yang
lazim. Kontestasi politik untuk merebut kekuasaan pada zaman kerajaan di Indonesia pramodern selalu ditopang kekuatan magis. Semua ini
memberikan gambaran yang
nyata, bahwa perdukunan memang sudah dikenal
lama oleh masyarakat
kita. Dan ilmu sihir pun turun-menurun saling diwarisi oleh anak-anak bangsa,
hingga saat ini para dukun masih mendapatkan tempat bukan saja di sisi masyarakat
tradisional, tetapi juga di tengah lingkungan modern.
Banyak yang pergi ke dukun kemudian percaya pada kekuatan magis atau sihir dukun tersebut. Dalam menjalankan praktik perdukunan tak mengenal status sosial: kelas bawah, menengah
bahkan atas. Sensasi para dukun itu mampu melampaui
semua tingkat pendidikan.
Banyak di antaranya yang datang ke dukun merupakan representasi orang-orang terpelajar yang berpikiran rasional. Belakangan, di Indonesia fenomena perdukunan dan ramalan semakin menggeliat seiring dengan suasana yang kondusif bagi para pelakunya untuk tampil berani tanpa ada beban. Berapa banyak iklan-iklan yang menawarkan
jasa
meramal cukup via SMS, yang dalam
istilah mereka bermakna Supranatural Messages Service. Atau
juga, praktik pengobatan alternatif yang sudah menjadi suguhan iklan harian di koran- koran dan tabloid, dan
parahnya lagi ada yang berpenampilan kayak seorang Ustad atau Kyai namun
praktek pengobatannya perdukunan/ ilmu sihir.
Sering kali ditemukan di masyarakat saat ini penderita
penyakit yang tidak terdeteksi penyakitnya sekalipun telah memanfaatkan
kemajuan teknologi kedokteran. Dan ternyata salah satu penyebabnya adalah karena penyakit tersebut merupakan
penyakit “pesanan” yang dikirim
oleh para dukun dengan menggunakan kekuatan ghaib bernama setan Peramalan (Kahānah) menurut Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari adalah pengakuan
seseorang yang dapat mengetahui ilmu gaib, seperti mengetahui tentang apa yang akan terjadi di bumi. Asal-muasal kahānah adalah
pendengaran jin terhadap malaikat kemudian disampaikan
kepada dukun (paranormal)[1].
Paranormal biasanya mengaku tahu sesuatu yang gaib,
padahal Allah Swt menjelaskan bahwa yang
mengetahuinya hanya Dia.
Dan Allah Swt hanya memberitahukan ilmu gaib tersebut kepada para Rasul yang
diridhoi-Nya saja, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Jin ayat
ke 26-27 sebagai berikut;
Menurut Zamakhsyari, informasi
diatas menolak keberadaan para kahin dan
Ahli Nujum. Karena dalam ayat ini dijelaskan
bahwa hal gaib hanya diberikan secara khusus bagi pengemban
risalah kenabian[2].
Pada ayat di atas dapat
diketahui bahwa para Rasul yang terpilih sajalah yang diberi tahu oleh Allah
Swy tentang ilmu gaib. Itu pun hanya sebagian kecil saja dari seluruh Ilmu Allah Swt, maka barang siapa yang
mengaku mengetahui perkara yang gaib
maka
dia telah mendustakan al-Quran dan barang siapa mendustakan al-Quran meskipun hanya satu ayat saja maka dia telah kafir kepada Allah Swt.
Seiring dengan pergantian tahun, jika dicermati dengan seksama, maka terdapat fenomena yang memprihatinkan sekaligus mencemaskan, banyak orang yang datang ke paranormal untuk mengetahui
peruntungan nasibnya di tahun itu. Media infotaiment ramai-ramai
mewawancarai
paranormal untuk mengetahui
peruntungan para selebritis di tahun itu. Mulai dari peruntungan rezeki, perjodohan,
perceraian, bencana alam, sampai
kematian pun di teropong oleh paranormal (kahin).
Sederet nama-nama paranormal yang sedang naik daun ditampilkan di televisi, sampai banyak orang yang hafal dengan mereka. Mulai dari Mama Laurent
yang sempat dihebohkan dengan ramalan hari kiamatnya dan akhirnya sudah
meninggal lebih dulu, Ki Joko Bodo, Suhu Acai, Ki Gendeng Pamungkas dan masih banyak lagi yang lainnya,
para normal ini banyak dimintai
pendapat dan terawangannya akan segala sesuatu yang terjadi di tahun itu. Tanpa disadari,
sebagian masyarakat telah kembali
ke
zaman jahiliyah. Suatu masa
di
mana
kebodohan manusia terjadi,
termasuk salah satunya adalah percaya
terhadap paranormal. Allah berfirman dalam al-Quran
An-Naml: 65.
Menurut Hasbi Ash-Shiddieqy, sesuatu
yang gaib adalah semua urusan yang berkaitan dengan
akhirat dan semua urusan di dunia yang tidak mampu
diketahui dengan jalan biasa. Diantara sesuatu yang gaib adalah waktu
terjadinya kiamat[3]
Diriwayatkan oleh Masyruq dari Aisyah,
katanya:
“barangsiapa
yang menyatakan
Muhammad
mengetahui
apa yang terjadi esok hari berarti dia membuat suatu kebohongan terhadap
Allah Swt. Sebab, Allah
Swt berfirman: katakanlah, hai Muhammad,
tidak ada orang yang berada di langit dan di bumi yang mengetahui barang yang gaib selain
Allah Swt sendiri.
Masyarakat pada era modern sekarang
sudah tidak menggunakan
akal sehatnya
dalam berfikir
dan
menyelesaikan permasalahan yang mereka
hadapi, hingga mereka banyak yang mendatangi
paranormal (kāhin) untuk mencari solusi dalam permasalahan
yang mereka hadapi. Sedangkan
mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam, mereka
sudah tahu akan larangan dan akibat dari perbuatan mereka tersebut,
tetapi kenapa mereka masih meminta bantuan
kepada selain Allah Swt. Apa mereka sudah kehilangan akalnya, Ataukah mereka tidak mempercayai
adanya pertolongan Allah Swt. Padahal dalam surat al-Fatihah telah jelas bahwa meminta pertolongan
itu hanyalah kepada Allah.
Firman Allah SWT.
dalam surat Al-fatihah yang berbunyi
sebagai berikut
Dalam ayat ini umat Islam diwajibkan untuk meminta pertolongan kepada Allah Swt bukan kepada selain-Nya. Orang yang meminta pertolongan kepada paranormal misalnya, bertanya tentang peruntungannya, dimudahkan urusannya
saat menghadapi kesulitan, berarti telah sesat dan menyimpang dari syariat yang telah ditetapkan Allah Swt. Orang tersebut
telah
mengerjakan kegiatan keberhalaan
yang
pernah
berkembang luas dalam masyarakat sebelum Islam.
Melihat sedemikian
banyaknya fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat mengenai praktek
perdukunan dan ilmu sihir yang semakin parah, kalau di zaman jahiliyah jelas
bentuk tukang sihirnya, namun di era modern bentuk tukang sihir bisa menyerupai
seorang ustad atau kyai, yang menggunakan sorban, ghamis serta menggunkan
ayat-ayat al-Qur’an untuk membuat masyarakat percaya. Tentu praktek seperti ini
sangat mengherankan bisa banyak yang tertipu, perkembangan Islam sudah
maju,ilmu sudah lebih mudah di dapatkan, kemudian kemajuan teknologi sudah
pesat dan bisa menjawab banyak tantangan yang belum terpecahkan, akan tetapi
banyak orang-orang berpendidikan dan berilmu masih pergi ke dukun/ tukang
sihir.
Zaenal
Muttaqin, Sihir Dalam Perspektif Wahbah Zuhayli Kajian Terhadap Tafsir Al-Munir
Qs. Al-Baqarah Ayat 102 Dalam Jurnal Penelitian Keislaman Vol 11 No. 1 2015.
Kajian ini membahas tentang perspektif Wahbah Zuhayli tentang sihir. Hal ini
dapat diketahui dari interpretasinya terhadap surah al-Baqarah ayat ke-102 yang
terdapat pada kitab tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Munir fi al-‘Aqi dah wa
al-Syari’ah wa al- Manhaj. Tulisan ini termasuk ke dalam penelitian
kepustakaan. Di samping itu, tulisan ini menggunkan dua metode untuk memperoleh
pengetahuan tentang Zuhayli. Kedua metode tersebut digunakan
secara bersamaan. Pertama, biografis, untuk
menjelaskan tentang kehidupan,
lingkungan serta sosio-kultural yang melatar belakangi tokoh tersebut. Kedua,
taksonomis, untuk menjelaskan tentang gagasan dan pemikirannya yang
tertuang dalam Tafsir al-Munir fi
al-‘Aqi dah wa al-Syari’ah wa al-Manhaj mengenai sihir. Secara umum, Zuhayli
memiliki metode penafsiran ayat ahkam khusunya tentang ayat sihir relatif sama
dengan mufassir-mufassir yang terdahulu.
Akan tetapi, Zuhayli
dalam penafsirannya memiliki
karakter tersendiri yang ia sesuaikan dengan keahliannya dan mencoba
menyesuaikan penafsirannya dengan kondisi dan tununan zaman, sehingga tafsirnya
memberikan kontribusi dalam menjawab persoalan umat di era modern ini.
Nur Falikhah, Santet dan Antropologi Agama dalam Jurnal Alhadharah
Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 11 No. 22, Juli –Desember
2012, 129-138. Beberapa penyakit memang bersifat kodrati, tetapi ada juga
penyakit yang bukanlah penyakit kodrati.Artinya penyakit yang memang sengaja
dikirimkan seseorang dengan kekuatan gaib. Penyakit ini dikenal dengan santet,
tenung. Santet merupakan bagian dari ilmu hitam diyakini masih ada
keberadaannya. Maksud dan tujuan dari pelaku santet biasanya adalah untuk
tujuan negatif, menyakiti, merusak, atau destruktif yaitu dengan cara
memasukkan benda-benda ke dalam tubuh si korban dengan bantuan makhluk gaib
yaitu jin dan setan. Santet dijadikan cara untuk melemahkan lawannya.
Unsur-unsur yang harus ada yaitu siapa yang melakukan, bagaimana caranya,
ritual atau upacaranya, benda-benda, alat yang digunakan serta mantra atau doa.
Santet yang merupakan bagian dari magi, ilmu gaib, ilmu sihir dan merupakan
bentuk primitive dari agama masih tetap
‘mendapatkan tempat’ di Indonesia disebabkan karena latar belakang kepercayaan
masyarakat Indonesia yaitu animisme.
Muhammad Ihsan,Pengobatan Ala Rasulullah Saw Sebagai Pendekatan
Antropologis Dalam Dakwah Islamiah Di Desa Rensing Kecamatan Sakra
Barat dalam Jurnal Studi Keislaman dan Pendidikan Vol 4 No. 2 Tahun 2016.
Dakwah menurut pengertian terminologi
dikemukakan oleh para ahli mengatakan bahwa dakwah adalah mendorong
manusia agar berbuat kebajikan dan petunjuk,
menyeru mereka berbuat yang ma’ruf dan mencegah mereka terhadap
perbuatan munkar, agar mereka mendapat
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Sebagian mengatakan bahwa Dakwah Islamiah
adalah mengajak umat manusia dengan hikmah dan kebijaksanaan untuk mengikuti
petunjuk Allah dan Rasul- Nya. Tujuan dakwah itu bukan untuk mencari dan
memperbanyak pengikut, tetapi untuk
menyelamatkan dan menolong sesama manusia,
untuk membebaskan dari berbagai masalah
yang membelenggunya, yang menyebabkan penderitaan, yang merugikan kehidupan, yang menghambat kemajuan dan dapat
merendahkan martabat manusia, satu
keturunan yaitu keturunan Adam yang berarti bersaudara.
Pengobatan ala Rasulullah SAW merupakan media dakwah yang menggunakan
pendekatan dakwah ” bil hal”. Dakwah” bil hal” adalah kegiatan dakwah yang
mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da’i secara luas atau yang dikenal
dengan” action approach” atau perbuatan nyata.Misal pengobatan ala Rasulullah
SAW bisa menyembuhkan penyakit stroke dengan metode bekam, atau mengobati orang yang terkena sihir
melalui Ruqyah Syari’ah. Bentuk- bentuk pengobatan yang digunakan masyarakat
Rensing adalah pengobatan Bubus, Aik
Seruang, Jampi- jampi, Pertus, Asma’ Kontak,
yang khusus dipangku oleh Dukun Sasak dengan metode membacakan doa
khusus atau mantra- mantra yang diwarisi oleh nenek moyang Dukun Sasak
tersebut, kecuali pengobatan Asma’ Kontak yang tidak boleh diwarisi atau
dijazahkan turun temurun ke anak cucu pemangku sebagaimana yang dilakukan
sebagai tradisi oleh dukun- dukun Sasak yang lainya. Dengan adanya tradisi
tersebut membuat pengobatan ini sulit untuk punah walaupun zaman sudah modern
dan ilmu kedokteran sudah mengalami kemajuan pesat. Bentuk pengobatan sasak ini
masih tradisional dan simpel hanya menggunakan mantra dan do’a khusus yang
dibacakan didalam air, daun sirih (yang
dikombinasikan dengan pinang , kapur, kencur) kecuali pengobatan pertus dan asma’
kontak yang hanya fokus pada mantra/ doa tanpa menggunakan wadah sperti halnya
pengobatan yang lain.Yang jelas pengobatan sasak tersebut mengandung unsur
kepercayaan terhadap benda-
benda mati atau
hidup di alam
nyata dan metafisik yang
mempunyai kekuatan magic luar buasa. Kekuatan magic yang supra natural itu akan
dirasakan oleh pasen jika keyakinan pasen itu kuat terhadap pengobatan
tersebut.Pengobatan Sasak ini
termasuk pengobatan syirik, jika Dukun Sasak meyakini hanya yang bisa
menyembuhkan penyakit tersebut adalah mahluk gaib dan benda- benda mati
lainya.Begitu juga dengan yang berobat apabila meyakini Dukun Sasak/ Dokter/
Obat adalah sebagai penyembuh penyakit,
termasuk syirik karena menyalahi kaidah pengobatan sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah
SAW dalam kitab
Thibbun Nabawi. Meyakini Dokter/ Dukun Sasak/ obat itu boleh jika hanya
sebatas perantara. Karena sesungguhnya yang mendatangkan penyakit dan
menyembuhkan penyakit hanya Allah SWT semata.
Menyikapi hal tersebut pengobatan ala Rasulullah SAW sebagai
pendekatan antropologis dalam dakwah Islamiah memberikan peranan penting dalam
membentuk keperibadian masyarakat Rensing. Dalam hal Ibadah, sosial dan keimanan kepada Allah SWT, memberikan solusi alternatif dan mudah
dijangkau oleh masyarakat ketika menggunakan metode pengobatan tersebut.
Di antara metode
pengobatan ala Rasulullah
SAW yang memberi pengaruh besar
terhadap masyarakat Rensing
adalah metode pengobatan bekam yang dikombinasikan dengan
Ruqyah yang bersumber dari ayat- ayat Al- Qur’an. Karena
pengobatan ini bisa
memberikan kesembuhan dari
segala macam penyakit, baik
penyakit jasmani dan
rohani. Berdasarkan hasil penelitian dan fakta yang di temukan
dilapangan.
Hurmain, Sihir Dalam Pandangan Al-Qur’an dalam Jurnal Ushuluddin Vol. 21
No. 1 Tahun 2014. Sihir adalah perbuatan ajaib yang dilakukan dengan pesona dan
kekuatan ajaib (guna- guna, mantra atau jampi) yang digunakan untuk tujuan
tertentu, seperti penangkal dan mencelakai orang lain. Karena itu sihir bisa
menimbulkan dampak beraneka ragam, seperti sakit, kematian, kebencian, gairah
syahwat dan penceraian serta perselingkuhan.
Dalam Al-Qur’an tidak kurang dari
30 ayat bicara mengenai sihir. Antara lain surat Al-Baqarah ayat 102 yang
menjadi fokus telaah ini. Asbabunuzul ayat ini, diatarbelakangi tuduhan kafir
Quraisy terhadap Nabi Muhammad saw. bahwa ajaran yang dikembangkan belia itu,
adalah sihir, lalu turun ayat 102 Al-Baqarah ini. Dalam ayat ini Allah
menceritakan perbuatan sihir orang Yahudi di zaman Nabi Sulaiman. Tujuan mereka
memutar balikkan fakta dan pembangkangan terhadap kitab Taurat yang benar. Dan
ilmu sihir yang mereka kembangkan, tidak ada relevansinya dengan ajaran Nabi
Sulaiman. Mempelajari ilmu sihir menurut sebagian ulama tafsir, adalah boleh
yang dilarang menggunakan ilmu itu untuk
kejahatan. Menurut para ahli tafsir, ilmu sihir termasuk ilmu yang tercela,
merugikan bagi diri si penyihir dan yang terkena sihir. Karena itu kedua belah
pihak bisa dikenakan sebagai sikap penolakan kebenaran atau kekafiran
[1] Yusuf Qardhawi, Alam Gaib, ter, H. M. Wahib Aziz, Jakarta, Senayan Abadi Publishing, 2003, Cet Ke-1, hlm. 195
[2] Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf, Beirut:Dar al-Kutub al-ilmiyah, Juz-4, hlm.619 - 620.
[3] Hasbi Ash-Shiddieqy, tafsir Alquranul Majid “AN-NUUR”, Semarang, PT Pustaka Rizki Putra, 2000, Jilid-4, hlm. 3023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar